banner1

banner1

Nice Home Work 1 : Adab Menuntut Ilmu


.. Bismillahirrahmanirrahim..
Ilmu yang jelas sudah ada hukumnya wajib dipelajari yaitu fardu’ain jelas ilmu agama. Jika kita hidup tanpa agama kita sebagai penerang kehidupan kita disaat gelap, jelas kita akan tersesat.
Jika kita hidup tanpa al-quran sebagai pegangan hidup, jelas kita akan terjatuh-jatuh.
Alhamdulillah walsyukurillah bagi kita yang lahir sudah secara islam. Tinggal kita mendalaminya lagi dan sebisa mungkin ikut menyiarkannya juga baik melalui dakwah atau cara lainnya.
Masuk di usia saya yang sudah seperempat abad ini dan Alhamdulillah saya sudah di dipertemukan dengan teman hidup yaitu suami saya yang amat sangat sayang anak dan istrinya (suatu saat nanti akan saya perkenalkan dia di next posting) dan seorang bidadari kecil yang usianya sudah genap 6 bulan (saya sudah sedikit memperkenalkan Alula di postingan pertama saya).
Sebelum saya masuk ke inti jawaban. Saya ingin bercerita dahulu dan me-review alur skenario hidup saya hingga saat ini. 
Alhamdulillah lagi-lagi saya ucapkan syukur atas nikmat yang Allah berikan, saya diberikan kesempatan untuk sekolah hingga perguruan tinggi. Tentu saja itu bukan semata-mata kerja keras saya sendiri, tetapi juga berkat usaha dan doa kedua orangtua saya. Betapa mereka susah payah demi menyelesaikan pendidikan anaknya hingga S1.
Saya memilih Jurusan Psikologi murni di Universitas Negeri di Bandung, yang kalau saya berangkat kuliah itu hampir miriplah sama perjalanan piknik ke arah lembang sana, hehe.. ketebak ya, yap kampus UPI (Universitas Pendidikan Indonesia). 
Saat kuliah, saya layaknya mahasiswa lainnya, sempat terbawa euforia semangat dari teman-teman Wirausaha. Saya jadi rajin dan keranjingan ikut semacam seminar, workshop, bazzar ke bazzar dan bermimpi memiliki suatu brand sendiri.
Singkat cerita ketika saya lulus jadi sarjana. Saya yang tadinya ingin fokus di dunia Industri karena sempat bekerja juga di sebuah perusahaan muslim yang namanya sudah sangat harum itu dan ingin kembali berkarir disana. Tetapi kehendak Allah lain lagi, saya malah terjun di dunia pendidikan. Berkat doa mamah yang bisa menebus langit, hhe.. Saya menjadi betah dan nyaman berada di zona keguruan hampir 2 tahun angkatan bekerja disana. Yap, saya sempat menjadi guru BK di sebuah sekolah swasta tingkat pertama. Menarik juga ya dunia pendidikan. Disana saya amat sangat banyak melihat realita permasalahan anak, keluarga, dll. Banyak pelajaran hidup yang bisa saya ambil hikmahnya.
Lalu setelah itu saya menikah, syukur alhamdulillah setahun kemudian Alulah lahir ke dunia. Dan disitulah saya merasa terlahir kembali, memulai kehidupan yang baru dengan status IBU. Dan saat itulah dalam setiap mengambil keputusan terpenting di hidup saya hanya untuk Alula.
Ketika saya memutuskan berhenti bekerja, nyirnyiran pun sering terdengar. “sekolah tinggi sampe S1 ujungnya ngurus anak, buang buang uang aja, mau ngurus anak mah sekolah SD juga bisa, sayang banget gelarnya”.
atau “sayang banget jadi guru kan sudah enak”. Yap, menjadi guru itu memang profesi yang bisa fifty:fifty untuk anak dan keluarga, dan juga mengamalkan ilmu saya untuk turut mencerdaskan anak anak bangsa. Tapi sekarang, Alula lebih membutuhkan saya, ibunya.
Yap, saya diuji dengan banyak nyirnyiran saat saya sedang mengandung si utun itu. Saya coba meyakini diri sendiri, meminta pendapat sana-sini, terutama mereka yang lebih paham tentang bagaimana menjadi ibu. Mengena sekali ketika ada satu nasehat, jika ingin menitipkan anak mu, titipkanlah pada orang yang minimal setara dengan pendidikan mu. Anak itu titipan, masa kita titipkan lagi ke orang lain. Allah sudah percaya teh Citra bisa menjaga amanah ini, dengan suami yang siap ikhtiar untuk keluarganya dan pastinya dengan ilmu yang sudah teh Citra raih selama perkuliahan sudah  seiizin Allah. Apalagi atuh yang teh Citra cari? teh Citra sekarang sudah menjadi Ibu. Kehidupan itu ada untuk kita menyiapkan bekal di akhirat nanti.
Astagfirulloh, saat itu saya cuman senyum sambil berkata dalam hati,  saya sudah menjadi ibu sekarang. Saya sudah sempat melihat dan menyelami beberapa kasus tentang mereka anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian, kasih sayang, dan didikan dari ibunya. Maka saya tidak ingin Alula mengalaminya. Betapa masih ada diluar sana yang ingin kuliah hingga tamat sarjana. Maka saya ingin Alula dididik oleh saya sendiri yang pendidikannya insyaallah dasarnya saya sudah pernah mendalaminya. Seluruh ilmu saya untuk Alula.
Tetapi, apa sudah cukupkah ilmu saya? Secara zaman kuliah saya malah lebih rajin berbisnis di banding ngampus. Baiklah, Perjuangan tidak berhenti sampai disitu. Ketika Saya sedang browsing-browsing di dunia maya, ketemulah dengan akun IG @Institut Ibu Profesional Bandung. Saya selidiki menarik sekali, lingkungan komunitasnya, programnya, dan visi misinya. Dan dari situlah saya semakin semangat untuk lebih mendalami ILMU IBU PROFESIONAL dalam universitas kehidupan ini.
Alasan terkuat saya sehingga ingin menekuni ilmu tersebut. Karena satu, ibu itu merupakan madrasah pertama bagi anaknya, guru pertamanya di dunia. Bangganya saya jika suatu hari nanti sayalah significant person bagi anak-anak saya kelak. Bukankah mendidik anak Wajib? Bukankah mereka dibuat dengan penuh cinta? Bukankah suami kita pun memilih kita dibanding ribuan wanita lainnya untuk dijadikan ibu untuk anak-anaknya. Seperti nasehat orangtua, pendidikan anakmu dimulai saat kau memilih istrimu. Dan bukankah tanggungjawabnya bukan hanya di  dunia tetapi juga di akherat. 
Memang tugas utama orangtua, terutama kita seorang ibu itu menjamin pendidikan anak.
Serius.. mohon maaf jika saya sedikit menyinggung perasaan ibu-ibu di luar sana. Bukan maksud ingin mendoktrin atau membandingkan ibu Kantoran atau ibu rumah tangga. Tetapi memang betul, menjadi ibu rumah tangga sungguhan itu bukan proyek kecil, melainka proyek besar, yap, proyek Akherat. Maka menjadi ibu yang cerdas, pintar dan profesional itu wajib.
“Ah, untuk apasih Citt ? Cape kali kaya gituan, kan udah cukup sekolah formal saja ada gelarnya. Bisa diuangkan. Kamu kan jadi ibu saja sudah cape dengan kerjaan rumah tangga, natural sajalah mengalir apa adanya”. Yap, nyirnyiran lagi. Saya tarik nafas, buang, dan senyum. Hmm, bagi saya belajar menjadi IBU Profesional itu  sepanjang masa, ilmunya harus tetap di upgrade. Tidak akan ada yang sia-sia setiap ilmu yang saya dapatkan semua untuk anak-anak, saat ini ya untuk Alula.
Menjadi ibu itu harus serba bisa. Bisa menjadi dokter, menjadi ahli gizi, menjadi cheef, menjadi psikolog, menjadi guru, menjadi laundry, badut atau artis sesekali dan menjadi sahabat. Biarkan tangan saya sendiri yang akan membentuk pribadi dan karakternya. Karena itu Alula hanya butuh ibunya, yaitu saya.
Dan entah suatu saat saya akan meninggalkan mereka. Bangganya saya jika saya bukan hanya bisa membuat seseorang lulus sekolah tinggi, memimpin umat, atau bisa berdakwah keliling dunia 
tapi juga lulus melewati ujian badai pernikahan dan kehidupannya kelak.
Lalu dari mana nanti saya belajar ilmu itu? Ada universitasnya kah? Yap, salah satunya dengan mengikuti program Institut Ibu Profesional ini. Dimana dalam setiap minggunya akan ada materi-materi dan tugas pribadi yang wajib dikerjakan. Tugas ini bukan sekedar tugas, tetapi lebih memberikan value di dalamnya. Sebenarnya artikel curhatan panjang ini juga merupakan jawaban dari setiap pertanyaan yang ada dalam tugas pribadi para calon ibu profesional NHW1 (Nice Home Work 1).
Strategi kedua, berhubung saya juga anak baru satu (hhe, masih berencana nambah sih) dan masih sangat muda. Maka saya disini tentunya di tempat tinggal saya dengan suami, akan aktif ikut kegiatan yang bernuasa keibuan, seperti pengajian rutin, koperasi, pkk, dan arisan. Selain menyambung silaturahmi dengan tetangga, saya pun menggali banyak pengalaman positif dari cara mendidik dan pola asuh mereka. Saya sadar belum menjadi ibu yang pintar dan hebat seperti diluaran sana, saya hanya seorang ibu yg sedang belajar menjadi yang terbaik untuk anak saya.
Strategi ketiga ya tentunya lebih aktif lagi mencari ilmu di luaran sana dan terus mengembangkan jaringan silaturahmi.
Menuntut ilmu tidaklah mudah, diperlukan sikap yang positif, terbuka (open-minded), konsisten, sabar, dan komitmen. Jika saya ingin menjadi seorang ibu profesional maka perubahan sikap-sikap penguat itulah yang akan saya perbaiki kedepannya setahap demi setahap.
Mungkin tidak akan ada ujungnya jika kita membahas tentang ilmu menjadi ibu. Karena..
” Menuntut ilmu adalah salah satu cara meningkatkan kemuliaan hidup kita, maka carilah dengan cara-cara yang mulia ”
(MATERI MATRIKULASI 1 : ADAB DULU SEBELUM ILMU) 
Selamat berjuang dan semangat terus menuntut ilmu untuk mencetak pribadi yang kokoh dan mandiri.
Salam, bunda ceria :):)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Nice Home Work 1 : Adab Menuntut Ilmu"

Posting Komentar